Bandung Barat//Rajakabar.id// Di bawah rindangnya pepohonan Batu Kuda, ratusan orang larut dalam suasana khidmat. Asap dupa mengepul, doa dipanjatkan, dan bunyi gamelan mengalun lembut mengiringi prosesi Ruwat Tujuh Gunung ke-4, yang digelar Pamong Budaya Bogor, Minggu (26/10/2025).

Tradisi ruwatan menjadi penanda dialog antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Gunung, dalam filosofi Sunda, adalah “guru diam” yang menjaga keseimbangan hidup. Melalui kegiatan ini, para budayawan berikhtiar menghidupkan kembali kesadaran ekologis masyarakat.
*“Menanam pohon berarti menanam napas bumi. Ruwatan adalah cara kita berterima kasih kepada alam,” ujar Ki Mantri, Ketua Umum Pamong Budaya Bogor.*
*Ia menegaskan, kegiatan budaya harus bersanding dengan tindakan nyata menjaga lingkungan.*
Kegiatan ruwat juga mendapat dukungan dari Lemhannas, yang diwakili Kolonel Denden Sumarlin, sebagai bagian dari pembinaan karakter kebangsaan.
Pamong Budaya Bogor berencana melanjutkan prosesi serupa di tujuh gunung lainnya, dengan harapan muncul gerakan kolektif merawat bumi berbasis nilai-nilai lokal.
(Dede R)
